Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup dalam kesendirian. Kecenderungan untuk saling memberi dan menerima menjadikan seorang muslim akan berusaha untuk menjalin persahabatan. Persahabatan islami terbentuk karena kecintaan kepada Allah semata dengan mengoptimalkan potensi kebaikan yang dimilikinya. Berikut ini cara orang tua mengajarkan anak agar menjalin persahabatan islami.
Sangatlah penting bagi orang tua mencermati cara anak menjalin persahabatan karena peran orang-orang terdekat sangatlah dominan untuk memengaruhi kehidupan sehari-harinya.
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi teman dekatnya,” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi.
Bersahabat dengan orang-orang saleh dapat memberikan banyak manfaat. Sebaliknya, bersahabat dengan teman yang buruk dapat memberikan dampak yang juga buruk. Hal ini juga akan dirasakan anak seiring tumbuh kembangnya. Ada fase saat mereka harus mulai dikenalkan pada kehidupan sosial sehingga mereka akan menjadi pribadi yang siap dengan segala permasalahan di masyarakat ketika dewasa nanti.
Tak dapat dimungkiri bahwa dalam pergaulannya, mereka akan mengalami masa kritis berupa perselisihan, pertengkaran, dan perebutan karena rasa mau menang sendiri. Di sinilah anak-anak belajar cara berbagi, berkompromi, bekerja sama, dan belajar mengelola kesalahpahaman di antara teman-teman mereka. Biasanya, proses pergaulan akan menumbuhkan kecenderungan untuk berkelompok yang didasarkan pada suka dan tidak sukanya anak pada teman-temannya. Setelah itu, muncullah lapis-lapis kedekatan dalam bergaul. Ada yang sedemikian dekat sehingga disebut sahabat, ada yang ala kadarnya, bahkan ada yang kemudian menjadi tak mau kenal.
Mendampingi dan Mengarahkan Anak
Pendampingan orang tua dalam proses pendewasaan anak dalam pasang surutnya persahabatan tak boleh diabaikan. Di sinilah peran orang tua untuk mengarahkan anak kepada pola persahabatan islami agar anak-anak tetap tak kehilangan jati diri dan tetap berorientasi pada penggalian potensi kebaikan untuk bekal masa depannya nanti.
Memberikan pemahaman kepada anak terkait persahabatan islami bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya sebagai berikut.
1. Berkisah tentang Sirah Nabawiyyah
Tinta emas menorehkan keindahan kisah islami persahabatan para generasi terpilih di zaman Rasulullah saw. dan sesudahnya. Sebuah bentuk persahabatan yang dilandasi oleh ruh ukhuwah islamiah yang melahirkan sosok-sosok pecinta luar biasa yang mencintai sahabatnya sama, bahkan melebihi kecintaan kepada dirinya sendiri. Kecenderungan-kecenderungan yang berbeda pada diri setiap sahabat tidak menjadikannya sebagai faktor pemecah belah, bahkan justru keanekaragaman itu telah saling menguatkan.
2. Mengenalkan Hakikat Persahabatan Islami
Persahabatan islami bukan sekadar kebersamaan yang memberikan kegembiraan ala kadarnya jika menguntungkan dari segi kepentingan pribadi dan meninggalkannya jika tak ada kemanfaatan yang bisa diambil. Persahabatan islami merupakan sebuah ikatan kebersamaan yang memberikan dorongan untuk bisa mengoptimalkan seluruh potensi kebaikan masing-masing pribadi sehingga berkembang menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Orientasi kebersamaan dalam persahabatan islami jauh melampaui batas ruang dan waktu karena tujuan akhir dari persahabatan tersebut adalah kebersamaan yang serupa ketika kelak akan bertetangga di surga-Nya. Oleh karena itu, koridor syariah tetap dikedepankan dalam akhlak bersahabat dan perlakuan terhadap sesama jenis dan lawan jenis tidaklah sama.
3. Mengajarkan Keterampilan Persahabatan
Memberikan petuah, menceritakan kisah, melarang, dan memerintah tentu tak seefektif dengan memberikan uswah/keteladanan. Keteladanan orang tua lebih riil bagi anak sehingga anak lebih mudah mengaplikasikan nilai-nilai persahabatan islami. Mengajarkan empati, saling menghargai, saling menasihati, dan mencintai dengan sepenuh hati bisa diawali dari dalam rumah. Cara orang tua berinteraksi dengan saudara, tetangga, dan lingkungan dalam jangkauan yang lebih luas lagi menjadi contoh nyata bagi anak agar bisa terampil dalam persahabatan.
Pasang Surut Persahabatan
Agar persahabatan islami terjalin kokoh, perlu dipahami bahwa ikatan yang berlandaskan ukhuwah ini memiliki jiwa penuh cinta kasih. Semakin besar cinta kasih, semakin kuat pula ikatan persahabatan ini. Bentuk cinta kasih yang paling lemah adalah berlapang dada, sedangkan puncaknya adalah itsar (mendahulukan kepentingan sahabat daripada kepentingan pribadi).
Layaknya sebuah hubungan yang melibatkan hati, persahabatan islami juga berpeluang mengalami pasang surut. Ada ujian ukhuwah yang harus diwaspadai. Namun, akhlak seorang anak muslim tidak boleh melupakan hal mendasar sebagai berikut.
1. Sahabat Tidak akan Saling Menyakiti
Sebesar apa pun ujian persahabatan, seorang sahabat tidaklah berniat untuk saling menyakiti antara satu dan yang lain, baik melalui bahasa tubuh, lisan, maupun perbuatan. Tidaklah pantas menyelesaikan permasalahan dengan sahabat melalui pertengkaran, bahkan perkelahian.
Rasulullah saw. bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lain. Ia tidak boleh menzalimi, merendahkan, dan meremehkannya. Takwa adalah di sini—seraya menunjuk dadanya sampai tiga kali. Dan, cukuplah seseorang dikatakan buruk bila meremehkan saudaranya sesama muslim. Seorang muslim terhadap muslim lain adalah haram darah, kehormatan, dan hartanya,” (H.R. Muslim)
2. Sahabat Tidak akan Saling Membenci
Alloh Swt. adalah Maha Pembolak-balik Hati. Kecintaan dan kebencian memiliki sekat yang sangat tipis sehingga akan mudah sekali rasa itu berganti hanya karena masalah-masalah sepele, apalagi jika terjadi pada dunia anak-anak yang tentu lebih banyak hal baru yang mereka temui setiap harinya. Kelabilan emosi kadang-kadang mendominasi ketika mereka terlibat konflik. Namun, persahabatan islami harus mampu menepis kebencian yang timbul akibat perselisihan.
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, dan saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara,” (Muttafaq ‘Alaih).
3. Sesama Muslim adalah Bersaudara
Konsep ukhuwah ini harus terpatri dalam jiwa anak-anak muslim sehingga dalam persahabatan islami, mereka menyadari bahwa keimananlah yang menjadi pengikat mereka. Ibarat bulir-bulir, tasbih, benang yang menyatukannya adalah keimanan sehingga antara satu dan yang lain saling melengkapi, saling menopang. Bisa juga diibaratkan persahabatan itu seperti anggota badan. Jika salah satu merasa sakit, sakitnya bisa dirasakan oleh seluruh badan.
Rasulullah saw. pun sudah menggambarkan, “Perumpamaan kaum mukminin satu dan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berlemah lembut di antara mereka, seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur,” (H.R. Bukhâri dan Muslim).
Dukungan dan Penghargaan
Dunia anak adalah dunia belajar. Dalam menjalani proses di fase-fase kehidupannya dan menikmati jeda demi jeda perjalanannya tentu butuh dukungan dan penghargaan dari orang tua. Begitu pun ketika mereka menjalani proses dalam pergaulannya. Menjalin persahabatan, memperluas jangkauan pertemanan, dan memilih orang-orang kepercayaan tak lepas dari sebuah konsep pengejawantahan nilai-nilai yang telah orang tua tanamkan dari dalam rumah.
Diperlukan kebijakan orang tua dalam menyikapi segala permasalahan anak. Masuk terlalu dalam atau tak acuh dan menjauh bisa menyakiti anak bisa berakibat pada padamnya potensi kebaikan yang seharusnya bisa dikembangkan. Apalagi, dunia pergaulan anak-anak masa sekarang jauh melintasi sekat-sekat tempat. Sahabat bisa jadi bukan lagi seseorang yang kehadirannya nyata sehingga orang tua bisa memantau perilakunya. Namun, persahabatan anak-anak bisa terjalin melalui dunia maya yang lebih rumit untuk bisa dikontrol parameter keamanannya. Dibutuhkan orang tua yang cerdas, bahkan lebih cerdas dari waktu ke waktu untuk bisa mengimbangi tuntutan realitas kekinian dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Hal ini penting untuk meminimalisasi risiko pergaulan yang bisa berakibat pada kerusakan akhlak generasi mendatang.
Wallahualam bissawab.
Penitipan anak jakarta, Bandung, tangerang, tangerang selatan, pamulang, bintaro, pondok cabe, pesawat, persib, Harga tempat penitipan anak, Tempat penitipan anak tangerang, Kurikulum penitipan anak, Usaha tempat penitipan anak, Taman penitipan anak, Jasa penitipan anak, Biaya penitipan, Jasa penitipan anak, Penitipan anak jakarta, Penitipan anak ciputat, Penitipan anak pamulang, Penitipan anak tangerang, Penitipan anak tangerang selatan, Penitipan anak bintaro, penitipan anak terbaik di jakarta, khusus ibu yang bekerja, karir, berkarir, anak anda tidak ada yang mengasuh, anak titipan tuhan, jagalah dia baik-baik, jangan berangkat kerja sebelum menitipkan anak di Jihan DayCare, anak anteng rezeki kenceng, cara tepat pengasuhan anak, lebih praktis ke penitipan anak, anda kesulitan dengan baby sitter, JDC solusinya. Jihan DayCare, Rumah Penitipan dan Pendidikan anak usia dini, usia 4 bulan sampai 6 tahun, Jl Arya Putra No 34 RT 09/10, Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan 15415, 082352353646
#Anak #Penitipan #PenitipanAnak #TempatPenitipanAnak #Jakarta #Ciputat #Pamulang #Bintaro #Persib #HappyNewYear #MenjadiYangTerbaik #KeretaCepat #Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar